Gegap gempita politik di negeri gemah ripah loh
jinawi semakin memanas. Umbul-umbul dan baliho berteriak lantang di seluruh
penjuru negeri. Seperti tak ingin menyisakan satu pun ruang publik tempat mata
beristirahat. Gerah, pengap.
Setelah Pileg selesai
kemarin, masih ada satu kesempatan bagi kita untuk memilih pemimpin bangsa ini.
PilPres. Siapa presiden yang akan kita pilih kelak? Sebagai muslim tentu kita
wajib memilih yang muslim sebagai pemimpin. Terutama yang selalu menjaga
shalatnya ! Mengapa? Karena jelas, dalam al-Qur’an disebutkan ‘Shalat mencegah dari kemungkaran dan
perbuatan keji’.
Ada konsekuensi jangka
panjang yang mempertaruhkan hajat hidup orang-orang yang kita kasihi. Ada
perubahan yang siap mensejahterakan, ataukah membuat langkah bergerak di tempat,
ataukah sebaliknya… menambah kesengsaraan di atas kesengsaraan.
Seperti apa pemimpin yang
patut dipilih? Jawabannya bisa menyita waktu jatah siaran televisi seharian
hanya diisi debat. Masing-masing punya selera, punya kepentingan, punya
skenario sendiri.
Jawaban ringkas ada dalam
kitab yang abadi sepanjang zaman. Kitab yang dengannya sejarah mencatat, telah
berhasil mewujudkan masyarakat terbaik yang pernah ada di muka bumi. Sebuah
masyarakat di mana keadilan dan kesejahteraan itu milik banyak orang.
Kitab itu memuat petunjuk
sifat-sifat pemimpin dengan sangat jelas:
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ
بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ
الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
“Dan Kami
menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami (Allah), dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan,
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka
menyembah.” (QS: Al-Anbiyaa [21]: 73)
Ruang-ruang publik telah
sesak dengan janji dan rayuan. Semoga pikiran tetap lapang dan sejuk… sehingga
jernih melihat, jernih mendengar..
Silahkan dipilih, manakah
yang paling dekat dengan kriteria yang ditetapkan Dzat Yang Maha Mengetahui.
Manakah yang sangat dekat
pada kebaikan, yang senantiasa menjaga shalatnya, yang menunaikan zakat dengan
sebaik-baiknya, dan hanya mengambil Allah تعالى sebagai sembahan mereka?
Dan siapa yang ketika bersalah -dan setiap manusia
pasti melakukan kesalahan- tanpa berpanjang ulur waktu, menerima hukuman dengan
tak banyak bertelikung?
Siapa yang paling sedikit
–di antara yang banyak– menzalimi rakyat
dengan dusta, mencuri, ataupun menggiring rakyat pada sesuatu yang tak disukai
Allah Rabbul ‘Alamin? (hidayatullah)
0 comments:
Post a Comment