Semburan Lumpur Purworejo | Setelah heboh Lumpur Lapindo
sejak 2006 lalu, semakin banyak saja terjadi semburan lumpur dari perut bumi di
beberapa daerah di Indonesia .
Dan hampir sama dengan yang terjadi di Sidoarjo, kebanyakan semburan Lumpur itu
juga mengandung gas. Itulah yang terjadi di pekarangan milik Ponco Sumarno (53)
RT 01 RW 02 Desa Lubang Kidul Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo menghebohkan
warga, Kamis (05/09/2013). Ratusan warga Kecamatan Butuh datang untuk
menyaksikan letupan yang mampu meyemburkan lumpur hingga delapan meter itu.
Semburan itu muncul ketika empat pekerja membuat sumur bor untuk mengairi kolam ikan milik Ponco Sumarno. "Kami mulai mengebor secara manual pukul 09.30, hingga kedalaman sembilan meter air sudah keluar dengan debit kecil. Lalu kami coba perdalam lagi hingga mencapai 15 meter," ungkap Eko Suswantoro, penyedia jasa sumur bor warga Desa Botorejo Kecamatan Bayan, saat ditanya KRjogja.com.
Saat pekerja mengeluarkan pipa bor pukul 11.00, air dan lumpur bertekanan tinggi menyembur dari lubang berdiameter kurang dari sepuluh sentimeter itu. Air tidak berhenti dan terus menyembur hingga ketinggian delapan meter.
Pekerja tidak bisa menutup lubang semburan karena besarnya tekanan. "Kami juga tidak tahu apa penyebabnya, mungkin ada air dalam tanah bertekanan tinggi yang kena bor," tuturnya.
Dan pada petang harinya, semburan air bercampur lumpur di
pekarangan milik Ponco Sumarno itu berubah menjadi semburan api. Nyala api
muncul setelah ada warga yang melakukan ritual dengan membakar dupa di sekitar
titik semburan.
Kapolsek Butuh AKP Prayogo Setyobudi mengatakan, api menjilat hingga ketinggian dua meter. "Betul, karena semburan ternyata mengandung gas alam, menyala setelah ada warga yang menyalakan api," tuturnya kepada KRjogja.com, Kamis malam.
Menurutnya, pada Kamis petang, semburan sudah mengecil. Ketika suasana sepi, sejumlah warga yang belum diketahui identitasnya melakukan ritual dengan menaruh sesaji dan membakar dupa. Namun lantaran lokasinya terlalu dekat, bara api dupa menyambar gas hingga menyala.
Peristiwa itu, lanjutnya, di luar perkiraan karena polisi sudah memasang garis dengan jarak sepuluh meter dari titik semburan. Selain itu, larangan menyalakan api pada jarak kurang dari sepuluh meter karena semburan mengandung gas alam sudah terpasang.
Kendati demikian, usaha memadamkan api dengan menyemprotkan air tidak dilakukan karena dapat memicu munculnya gas beracun. "Awalnya akan disemprot pemadam, namun dicegah pihak Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) karena bisa menyebabkan munculnya gas berbahaya," ucapnya
Kapolsek Butuh AKP Prayogo Setyobudi mengatakan, api menjilat hingga ketinggian dua meter. "Betul, karena semburan ternyata mengandung gas alam, menyala setelah ada warga yang menyalakan api," tuturnya kepada KRjogja.com, Kamis malam.
Menurutnya, pada Kamis petang, semburan sudah mengecil. Ketika suasana sepi, sejumlah warga yang belum diketahui identitasnya melakukan ritual dengan menaruh sesaji dan membakar dupa. Namun lantaran lokasinya terlalu dekat, bara api dupa menyambar gas hingga menyala.
Peristiwa itu, lanjutnya, di luar perkiraan karena polisi sudah memasang garis dengan jarak sepuluh meter dari titik semburan. Selain itu, larangan menyalakan api pada jarak kurang dari sepuluh meter karena semburan mengandung gas alam sudah terpasang.
Kendati demikian, usaha memadamkan api dengan menyemprotkan air tidak dilakukan karena dapat memicu munculnya gas beracun. "Awalnya akan disemprot pemadam, namun dicegah pihak Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) karena bisa menyebabkan munculnya gas berbahaya," ucapnya
0 comments:
Post a Comment