Pernahkan Anda bermuhasabah atau menilai dan menghitung
kembali pada amalan sehari-hari kita?.
Kadang-kadang kita akan temukan amalan atau perbuatan kita adalah terbalik atau
berlawanan dari apa yang dituntut oleh Islam. Mungkin kita tidak sadar atau
telah dilalaikan atau ikut-ikutan dengan budaya hidup orang lain.
Mari kita lihat praktek-praktek di masyarakat kita yang terbalik
di bawah ini: -
1. Amaliah dzikir tahlil untuk orang mati yang dilakukan
beberapa hari di rumah keluarga almarhum (malam pertama, kedua, ketiga, ketujuh
dan seterusnya) adalah terbalik dari apa yang dianjurkan oleh Rasulullah di
mana Rasulullah telah menganjurkan tetangga memasak makanan untuk keluarga si mayit
untuk meringankan kesusahan dan kesedihan mereka.
Keluarga tersebut telah ditimpa kesedihan, terpaksa pula
menyediakan makanan dan belanja untuk mereka yang datang membaca tahlil.
Tidakkah mereka yang hadir makan jamuan tersebut khawatir kalau-kalau mereka
termakan harta anak yatim yang ditinggalkan oleh si mayit atau harta
peninggalan si mayit yang belum dibagi kepada yang berhak menurut Islam?
Jangan lupa memberi derma ketika ta’ziyah.
Jangan salah faham ya, bukan tahlilan atau dzikirnya yang
dipermasalahkan di sini. Kalau dzikir dan tahlil memang sebaiknya diadakan,
tapi jamuannya hendaknya para tetangga yang menyiapkannya.
Memang di beberapa kampung sudah ada yang merubah situasi
ini dengan memberikan bantuan kepada keluarga si mayit berupa beras atau uang
yang dipungut dari warga kampong. Dan itu sudah menjadi kesepakatan bersama
seluruh warga.
2. Kalau datang ke resepsi walimatul ‘urus (pesta perkawinan)
selalu membawa salam tempel alias amplop sumbangan. Kalau tidak ada uang, maka
kita segan untuk pergi makan ke kondangan pernikahan itu. Tetapi kalau mendatangi
tempat orang meninggal atau ta’ziyah, kita tidak malu hanya sekedar salaman
atau kalaupun memasukkan amplop, nilainya sangat kecil (Betul…?).
Seharusnya kalau mendatangi tempat orang meninggallah kita memberi
sedekah lebih banyak. Kalau ke pesta pernikahan, nggak menyumbang pun tidak
masalah harusnya, karena tuan rumah mengundang kita khan untuk tasyakuran, bukan
untuk mengumpulkan sumbangan.
3. Ketika menghadiri acara bersama orang-orang terpandang kita
berpakaian bagus dan indah, tetapi bila menghadap Allah baik di rumah maupun di
masjid, pakaian kita seadanya saja, bahkan mungkin yang sudah berhari-hari
dipakai. Tidakkah ini suatu perbuatan yang terbalik?
4. Kalau menjadi tamu di rumah orang dan diberi jamuan, kita
merasa segan untuk makan, malu-malu kucing katanya, sedangkan yang dituntut harusnya
banyak-banyak makan dan menghabiskan apa yang disajikan oleh tuan rumah, supaya
tuan rumah merasa gembira. Kebiasaan minum dengan meninggalkan sisa nampaknya
sudah menjadi budaya, supaya kelihatan tidak rakus barangkali. Padahal sisa
makanan atau minuman kita nanti juga pasti Cuma dibuang. Mubadzir khan?
5. Kalau Sholat Sunnah di Mesjid sangat rajin tapi kalau di
rumah, malas. Sedangkan sebaik-baik Sholat Sunnah adalah yang dilakukan di
rumah seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk menghindari rasa riya.
6. Bulan puasa adalah bulan mendidik nafsu termasuk nafsu
makan yang berlebihan tetapi kebanyakan orang mengaku bahwa dalam biaya makan
orang Islam di bulan puasa adalah yang tertinggi dalam setahun. Sedangkan
seharusnya belanja di bulan puasa yang terendah. Bukankah ini juga terbalik?
7. Semua orangtua sangat khawatir kalau-kalau anak mereka
gagal dalam ujian nasional. Maka dicarikan dan diantarlah ke tempat kursus
walau dengan biaya yang mahal. Tapi kalau anak tidak dapat membaca Al-Qur'an, orang
tua sama sekali tidak khawatir bahkan mengkursuskan anak baca Al-Qur’an saja
rasanya sayang. Kalaupun akhirnya dipanggilkan guru mengaji, pasti bisyaroh
atau biayanya tidak semahal kalau kursus mata pelajaran. Katanya sekedar uang
bensin saja…
8. Kalau bekerja mengejar rezeki Allah siang malam, pagi
petang, harus pergi kerja. Hujan atau badai tetap diarungi karena ingin
mematuhi peraturan kerja. Tapi ke rumah Allah (masjid) walau tidak hujan, tidak
panas, tidak ada angin pun tetap tak datang ke masjid. Betul…?
9. Seorang isteri kalau mau keluar rumah baik dengan suami
atau tidak, bukan main cantik dandanannya. Tapi kalau di rumah, masyaAllah…, jangankan
pakai bedak, mungkin mandi saja malas-malasan. Sedangkan yang dituntut dalam
Islam, seorang istri itu berhias untuk suaminya, bukan berhias untuk orang
lain. Kebiasaan yang terbalik seperti ini yang membuat rumahtangga kurang bahagia.
Cukuplah contoh-contoh di atas, barangkali masih banyak yang
bisa anda temui. Marilah kita berlapang dada menerima kebenaran yang
sesungguhnya. Mungkin ada yang tidak sependapat dengan pandangan di atas, mari
kita diskusikan bersama untuk kebaikan kita bersama kaum muslimin.
Sabda Rasulullah SAW: "Sampaikanlah dariku walaupun
satu ayat." (Riwayat Bukhari)
0 comments:
Post a Comment