Menjadi muadzin barangkali dianggap sebagai pekerjaan yang
ringan, karena hanya mengumandangkan adzan tidak lebih dari 5 menit. Karenanya
seringkali pofesi sebagai muadzzin di pandang sebelah mata. Hal ini karena
muadzin selalu diidentikkan dengan merbot masjid yang pekerjaannya menyapu,
membersihkan dan menjaga masjid. Padahal tidak demikian seharusnya. Karena
adzan adalah salah satu ibadah tersendiri bahkan dalam beberapa hadits
difavoritkan sebagai amalan surga.
Surat al-Fussilat ayat 33 menjadi salah satu dalil
pembenaran yang dinyatakan oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulimiddin terkit
dengan adzan.
وَمَنْ
أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنَّنِي
مِنَ الْمُسْلِمِينَ.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Sungguh betapa pentingnya peran seorang muadzin, dialah yang
mengabarkan waktu shalat telah tiba, oleh karena itulah ibadahnya ini kelak di
hari kiamat akan dikukuhkan oleh kesaksian jin dan manusia yang mendengarnya
ketika dia beradzan semasa di dunia. Rasulullah saw bersabda:
لا يسمع
نداء المؤذن جن ولا شيئ إلا شهد له يوم القيامة
La yasma’u nida’al muazdzini jinnun wa la syai’un illa
syahida lahu yaumal qiyamah
Tiada jin dan manusia yang mendengarkan suara adzan dari
orang yang menyerukannya, melainkan mereka akan memberikan kesaksian kepada
orang tersebut di hari kiamat nanti.
Tidak hanya itu, bila adzan dianggap sebagai panggilan Allah
swt, maka muadzin menjadi penyambung suara Allah swt untuk memanggil umat
muslim di muka bumi melalui masjid-masjid-Nya. karena itu Rasulullah saw
besabda:
يد الرحمن
على رأس المؤذن حتى يفرغ من أذانه
Yadur rahmani ‘ala ra’sil muazdzdini hatta yafragha min
azdanihi
“Tangan tuhan yang maha pengasih berada di atas kepada
orang yang menyerukan adzan sampai selesai.”
Dan yang terakhir sebagai bukti kemuliaan seorang muadzin
adalah hadits Rasulullah saw yang artinya sebagai berikut:
Tiga orang ini nanti di hari kiamat berada di atas bukit
kecil dari kasturi hitam, mereka tiada tersusahkan oleh hisab dan tiada
dikejutkan sehingga selesailah ia dari urusan manusia, yaitu: 1) Lelaki yang
membaca al-qur’an dengan mengharapkan ridha Allah swt dan menjadi iman
shalatnya suatu kaum yang merasa puas dengannya. 2) Lelaki yang beradzan di
dalam masjid dan berdo’a kepada Allah swt. dengan mengharap ridhonya. 3) Lelaki
yang diuji dengan kesempitan rizqi tetapi hal itu tidak menyebabkannya lupa
dari amal ahirat (nuonline)
0 comments:
Post a Comment