Ini merupakan sedikit dari banyak rahasia
shalat berjamaah yang ditinjaui melalui
teori fisika yang
dikutip dari Facebook
Seorang Profesor Fisika di Amerika Serikat telah membuat satu kajian tentang kelebihan shalat berjamaah yang disyariatkan dalam Islam. Katanya tubuh kita mengandung 2 cas (muatan) listrik yaitu muatan positif dan muatan negatif. Dalam aktivitas harian kita apakah bekerja, beribadah atau beristirahat, sudah tentu banyak energi digunakan.
Dalam proses pembakaran tenaga, banyak terjadi pertukaran cas positif dan cas negatif, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh kita. Ketidakseimbangan cas dalam badan menyebabkan kita merasa letih dan lesu setelah menjalankan aktivitas seharian. Karenanya, muatan-muatan ini harus diseimbangkan kembali untuk mengembalikan kesegaran tubuh ke tingkat normal.
Terkait dengan shalat berjamaah, timbul persoalan di pikiran professor ini mengapa Islam mensyariatkan sholat berjemah dan mengapa shalat 5 waktu yang didirikan orang Islam memiliki jumlah rakaat yang tidak sama.
Hasil penelitiannya menemukan bilangan rakaat yang berbeda dalam shalat kita bertindak menyeimbangkan cas-cas dalam badan kita. Saat kita shalat berjamaah, kita disuruh meluruskan shaf, bahu bertemu bahu dan bersentuhan tapak kaki. Tindakan-tindakan yang dianjurkan saat shalat berjamaah itu memiliki berbagai kelebihan.
Seorang Profesor Fisika di Amerika Serikat telah membuat satu kajian tentang kelebihan shalat berjamaah yang disyariatkan dalam Islam. Katanya tubuh kita mengandung 2 cas (muatan) listrik yaitu muatan positif dan muatan negatif. Dalam aktivitas harian kita apakah bekerja, beribadah atau beristirahat, sudah tentu banyak energi digunakan.
Dalam proses pembakaran tenaga, banyak terjadi pertukaran cas positif dan cas negatif, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh kita. Ketidakseimbangan cas dalam badan menyebabkan kita merasa letih dan lesu setelah menjalankan aktivitas seharian. Karenanya, muatan-muatan ini harus diseimbangkan kembali untuk mengembalikan kesegaran tubuh ke tingkat normal.
Terkait dengan shalat berjamaah, timbul persoalan di pikiran professor ini mengapa Islam mensyariatkan sholat berjemah dan mengapa shalat 5 waktu yang didirikan orang Islam memiliki jumlah rakaat yang tidak sama.
Hasil penelitiannya menemukan bilangan rakaat yang berbeda dalam shalat kita bertindak menyeimbangkan cas-cas dalam badan kita. Saat kita shalat berjamaah, kita disuruh meluruskan shaf, bahu bertemu bahu dan bersentuhan tapak kaki. Tindakan-tindakan yang dianjurkan saat shalat berjamaah itu memiliki berbagai kelebihan.
Penelitian ilmiah menemukan sentuhan yang
terjadi antara tubuh
kita dengan tubuh
jamaah lain yang
berada di kiri
dan kanan kita
akan menstabilkan kembali muatan-muatan
yang dibutuhkan tubuh.
Energi listrik yang berlebih dari
seorang jamaah akan dikeluarkan dan jamaah lain yang egergi listriknya kurang
akan menariknya. Sehingga seluruh jamaah
pada akhirnya akan memiliki energi listrik yang seimbang.
Menurut beliau lagi, setiap kali kita bangun dari tidur,
badan kita akan merasa segar dan sehat setelah beristirahat beberapa jam. Ketika
ini, tubuh kita mengandung muatan-muatan positif dan negatif yang hampir
seimbang. Jadi,
kita hanya membutuhkan sedikit lagi proses pertukaran cas agar keseimbangan
penuh dapat dicapai. Sebab itu, shalat Subuh
didirikan 2 rakaat.
Selanjutnya, setelah sehari kita bekerja berat dan memeras otak semua cas ini kembali tidak stabil akibat kehilangan cas lebih banyak dari tubuh. Karena itu, kita membutuhkan lebih banyak pertukaran cas. Shalat jamaah yang disyariatkan Islam berperan untuk memulihkan keseimbangan cas-cas tersebut. Sebab itu, shalat Dzuhur didirikan 4 rakaat untuk memberi ruang yang lebih kepada proses pertukaran cas dalam tubuh.
Situasi yang sama juga terjadi di sebelah petang. Banyak energi dikeluarkan ketika kita kembali menyelesaikan tugas . Ini menyebabkan sekali lagi kita kehilangan muatan yang banyak. Seperti shalat Dzuhur, 4 rakaat shalat Ashar yang dikerjakan akan memberikan ruang kepada proses pertukaran cas dengan lebih lama.
Biasanya, setelah waktu Ashar dan pulang dari kerja kita tidak lagi melakukan aktivitas yang banyak menggunakan energi. Waktu yang ditetapkan pula tidak begitu lama. Maka, shalat Maghrib hanya dikerjakan sebanyak 3 rakaat adalah lebih sesuai dengan penggunaan energi yang kurang dibandingkan 2 waktu sebelumnya.
Timbul pertanyaan di pikiran Professor itu pada shalat Isya yang mengandung 4 rakaat. Logikanya, pada waktu malam kita tidak banyak melakukan aktivitas dan sudah tentu tidak membutuhkan proses pertukaran cas yang banyak.
Setelah penelitian lebih lanjut, ditemukan ada keistimewaan mengapa Allah mensyariatkan 4 rakat dalam shalat Isya. Telah kita ketahui, umat Islam sangat dianjurkan untuk tidur awal agar mampu bangun menunaikan tahajjud di sepertiga malam. Singkatnya, shalat isya sebanyak 4 rakaat itu akan menstabilkan cas dalam badan dan memberikan energi untuk kita bangun malam (qiamullail).
Dalam penelitiannya, professor ini memberikan Islam adalah satu agama yang lengkap dan khusus. Segala amalan dan perintah Allah Taala itu memiliki hikmah yang tersirat untuk kebaikan umat Islam itu sendiri. Ia merasakan betapa kerdilnya diri dan betapa hebatnya Pencipta alam ini. Akhirnya, dengan hidayah Allah beliau memeluk agama Islam. wallahu a'lam
Selanjutnya, setelah sehari kita bekerja berat dan memeras otak semua cas ini kembali tidak stabil akibat kehilangan cas lebih banyak dari tubuh. Karena itu, kita membutuhkan lebih banyak pertukaran cas. Shalat jamaah yang disyariatkan Islam berperan untuk memulihkan keseimbangan cas-cas tersebut. Sebab itu, shalat Dzuhur didirikan 4 rakaat untuk memberi ruang yang lebih kepada proses pertukaran cas dalam tubuh.
Situasi yang sama juga terjadi di sebelah petang. Banyak energi dikeluarkan ketika kita kembali menyelesaikan tugas . Ini menyebabkan sekali lagi kita kehilangan muatan yang banyak. Seperti shalat Dzuhur, 4 rakaat shalat Ashar yang dikerjakan akan memberikan ruang kepada proses pertukaran cas dengan lebih lama.
Biasanya, setelah waktu Ashar dan pulang dari kerja kita tidak lagi melakukan aktivitas yang banyak menggunakan energi. Waktu yang ditetapkan pula tidak begitu lama. Maka, shalat Maghrib hanya dikerjakan sebanyak 3 rakaat adalah lebih sesuai dengan penggunaan energi yang kurang dibandingkan 2 waktu sebelumnya.
Timbul pertanyaan di pikiran Professor itu pada shalat Isya yang mengandung 4 rakaat. Logikanya, pada waktu malam kita tidak banyak melakukan aktivitas dan sudah tentu tidak membutuhkan proses pertukaran cas yang banyak.
Setelah penelitian lebih lanjut, ditemukan ada keistimewaan mengapa Allah mensyariatkan 4 rakat dalam shalat Isya. Telah kita ketahui, umat Islam sangat dianjurkan untuk tidur awal agar mampu bangun menunaikan tahajjud di sepertiga malam. Singkatnya, shalat isya sebanyak 4 rakaat itu akan menstabilkan cas dalam badan dan memberikan energi untuk kita bangun malam (qiamullail).
Dalam penelitiannya, professor ini memberikan Islam adalah satu agama yang lengkap dan khusus. Segala amalan dan perintah Allah Taala itu memiliki hikmah yang tersirat untuk kebaikan umat Islam itu sendiri. Ia merasakan betapa kerdilnya diri dan betapa hebatnya Pencipta alam ini. Akhirnya, dengan hidayah Allah beliau memeluk agama Islam. wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment