Kisah Teladan | Akhir-akhir ini banyak sekali kasus korupsi,
suap menyuap, dan penipuan yang diungkap pihak berwenang di Negara ini.
Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung. Miliaran rupiah ! Entah apa yang
dipikirkan mereka yang melakukan itu semua. Tidakkah mereka sadar betapa
beratnya hukuman di akherat kelak ketika seseorang mengambil dan memakan hak
orang lain?
Kisah di bawah ini mungkin bisa jadi renungan bagi kita
semua untuk lebih hari-hati dalam bertindak. Jangan sampai ada barang atau
sesuatu yang bukan hak kita, lalu kita kuasai atau kita konsumsi. Kisah seorang
lelaki yang termakan olehnya sebiji kurma bukan miliknya. Hatinya tidak tenang
sehingga memaksanya mencari siapa pemilik biji kurma tersebut.
Setelah Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham
berniat untuk berziarah ke Masjidil Aqsa. Sebagai bekal perjalanan, ia membeli kurma dari pedagang tua
yang berdagang dekat Masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim
melihat sebutir kurma terjatuh dari meja dekat dengan timbangan. Menyangka
kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.
Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. Empat
bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih satu
tempat beribadah dalam ruang di bawah Kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa dengan
khusyuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan
wara 'yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT," kata malaikat yang satu.
"Tapi sekarang tidak lagi. Doanya ditolak karena empat
bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang
tua di dekat Masjidil haram," jawab malaikat yang satu lagi ..
Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia merasa cemas sekali,
jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, solatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan
lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang
bukan haknya.
"Astaghfirullahal 'Adzhim" Ibrahim beristighfar.
Terus ia berkemas untuk berangkat lagi menuju ke Mekkah untuk menemui pedagang
tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah
ditelannya.
Begitu sampai di Mekkah ia bergegas terus menuju ke tempat
penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang
anak muda. "Empat bulan yang lalu saya membeli kurma di sini dari seorang
pedagang tua. Di manakah ia sekarang? " Tanya Ibrahim.
"O, beliau sudah meninggal sebulan yang lalu, sekarang
saya lah yang melanjutkan pekerjaannya
berdagang kurma" jawab anak muda itu.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada
siapa saya bisa meminta untuk penghalalan?". Lantas Ibrahim menceritakan
peristiwa yang dialaminya, anak muda itu mendengarkan dengan penuh khidmat.
"Nah, begitulah" kata Ibrahim setelah bercerita.
"Saudara sebagai ahli waris orang tua itu, bisakah saudara menghalalkan sebutir kurma milik
ayahmu yang terlanjur saya makan tanpa izinnya?".
"Bagi saya tidak masaalah. Insya Allah saya halalkan.
Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak
berani menghalalkan bagi pihak mereka karena mereka memiliki hak waris sama
dengan saya. "
"Tolong berikan alamat saudara-saudaramu, biar saya
temui mereka satu persatu."
Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui
saudara-saudara anak muda itu. Biarpun berjauhan, akhirnya urusan itu selesai
juga. Mereka semua setuju menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang
dimakan oleh Ibrahim secara tidak sengaja.
Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham kembali berada di
bawah Kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu membicarakannya
terdengan bercakap-cakap lagi. "Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya
tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain."
"O, tidak! Sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah
mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim
kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih
milik orang lain. Sekarang dia sudah bebas. "
Subhanallah…hanya karena sebutir kurma yang bukan miliknya,
doanya tidak dikabulkan. Bagaimana dengan mereka yang mengambil hak orang lain
sampai miliaran rupiah. Bagaimana dengan mereka yang korupsi uang rakyat yang
jutaan jumlahnya? Bagaimana mereka meminta halalnya?
0 comments:
Post a Comment