Shohabat
Ali Karromallahu Wajhah yang juga merupakan keponakan dan menantu
Rasulullah SAW pernah berkata bahwa ada 4 perkara yang sangat berat untuk
dilakukan oleh seorang muslim. Empat perkara ini sebenarnya bisa dilakukan siapa saja jika kondisinya normal. Tapi dalam
kondisi yang abnormal, 4 perkara ini terasa begitu berat. Apa
saja itu?
1. Al’afwu
‘indal ghadhab atau memberi maaf ketika dalam keadaan emosi. Memberikan maaf
bukanlah hal yang mudah apalagi ketika dalam keadaan emosi. Untuk itulah
Rasulullah saw pernah mengajari para sahabat untuk mengambil air wudhu untuk
meredamkan marah. Karena marah merupakan bentuk lain dari api syaitan
yang menyala-nyala, dan api itu hanya bisa dikalahkan oleh air wudhu.
Jika
dalam keadaan tidak marah, mungkin lebih mudah bagi kita memaafkan orang lain. Kondisi
manusia memang demikian ketika sedang marah, sulit sekali mengendalikan diri,
oleh karena itu jika seseorang dalam keadaan marah masih bisa memberikan maaf
kepada orang lain, maka sungguh itulah amal yang berat.
Oleh karena itu,
Allah swt menjamin siapapun yang dapat mengendalikan emosi dan amarahnya
selamat dari siksaan api neraka . Demikian keterangan sebuah hadits yang
berbunyi:
“Barang siapa yang mampu mengendalikan
amarahnya, maka Allah akan mengendalikan (menjauhkan ) siksa-Nya.”
2. Al juudi fil ‘usroh atau menjadi pemurah dan
dermawan ketika kondisi ‘saku’ (keuangan) kita sedang sempit atau tidak mapan. Sedang
‘kanker’ alias kantong kering. Menjadi dermawan bukanlah perkara gampang,
apalagi berlaku dermawan ketika kondisi keuangan sangat menipis. Oleh karena
itu Allah swt memposisikan orang dermawan sangat dekat dengan-Nya. dalam sebuah
hadits diterangkan:
“Orang yang
dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surge, dekat dengan masyarakatnya dan
jauh dari neraka”
Hadits ini bukanlah
sekedar hadits motifasi, tetapi merupakan petunjuk dan rambu-rambu bagi
siapapun yang ingin memposisikan diri dekat dengan Allah swt, maka hendaklah ia
menjadi orang yang dermawan. Baik dalam kondisi longgar, lebih-lebih dalam
kondisi sesak.
3. Al-iffah fil khulwah,yaitu
menghindarkan diri dari tindakan atau perbuatan haram dalam keadaan sepi tanpa
ada siapapun yang melihatnya. Amal ketiga ini merupakan ujian akan keikhlasan
seseorang dalam beramal. Bahwa untuk melakukan ataupun menghindari dosa
seseorang tidak perlu memperhatikan orang di lingkungannya. Karena jika
seseorang melakukan sesuatu (amal) karena orang lain akan disebut riya, dan
jika meninggalkan sesuatu karena orang lain menjadi syirik. Sebagaimana
diungkapkan oleh Ibnu Iyadh:
“Tidak melakukan
sesuatu (meninggalkan sesuatu) karena manusia adalah riya, dan melakukan
sesuatu karena manusia adalah syirik”
4. Qaulul haq
liman yahofuhu au yajuruhu, yaitu
berkata benar di depan orang yang ditakuti atau diharapkan pertolongannya.
Jelas sekali materi terakhir ini berhubungan dengan kejujuran. Karena
kebanyakan orang berbicara menyesuaikan atau melihat siapa yang diajak bicara.
Seringkali orang akan membicarakan hal-hal yang disukai lawan bicaranya, apalagi
jika lawan bicaa itu adalah orang yag ditakuti kareha hubungan kerja atau
hubungan keluarga. Dengan kata lain amal terberat ke eempat ini merupakan usaha
meghindarkan diri dari kebiasaan menjilat. Baik menjilat kepada atasan atau
kepada orang yang diharapkan
Ingat
seperti kata peribahasa arab : Qulil haqqo walau kaana murron…Katakanlah kebenaran waluapun pahit adanya.
0 comments:
Post a Comment