Siti Fatimah adalah putri Rasulullah yang memiliki budi
pekerti yang baik dan ia amat taat kepada ajaran Islam dan sifat-sifatnya sama
seperti bapaknya yakni Nabi Muhammad SAW.
Dia adalah istri dari seorang
sahabat yang juga sangat mulia, Sayyida Ali k.w. Dua orang mulia berkumpul dalam satu keluarga
yang sakinah penuh mawaddah dan rahmah.
Suatu hari ketika Rasulullah sedang bercerita tentang
kenikmatan surga kepada Siti Fatimah, maka beliau pun bersabda, "Aduhai
Anakandaku, ada seorang perempuan kebanyakan (orang biasa) yang akan masuk
surga lebih dulu daripada kamu".
Begitu mendengar
kata-kata ayahnya itu, maka berubahlah raut mukanya lantas menangis dan
berkata, "Siapakah perempuan itu wahai ayahanda? Bagaimana keadaannya dan apa pula amalannya sehingga dia dapat
lebih dahulu masuk ke dalam surga dari ananda? Ayahanda, kabarkanlah di mana
dia sekarang ".
Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Dia adalah seorang
wanita yang miskin, tinggal di Jabal Uhud, sekitar 3 mil dari Madinah".
Tanpa membuang waktu, Siti Fatimah pun keluar pergi mencari perempuan yang
dikatakan masuk surga terlebih dahulu darinya. Setelah dia sampai ke rumah
perempuan itu, lalu dia mengetuk pintu sambil memberi salam.
Perempuan yang Rasulullah maksudkan itu membuka pintu dan
menanyakan keinginan Siti Fatimah datang ke sana tanpa mempersilahkan masuk ke dalam
rumah. Siti Fatimah berkata, "Saya datang kemari karena ingin bertemu dan
berkenalan dengan anda". Perempuan itu menjawab, "Terima kasih tuan,
tetapi saya tidak dapat membenarkan tuan masuk karena suami saya tidak ada di
rumah. Nanti saya minta izin dulu ketika dia pulang nanti. Silakan datang lagi besok ".
Dengan perasaan sedih dan gundah Siti Fatimah pulang karena
tak dapat masuk dan berbicara panjang dengan perempuan itu. Esoknya dia kembali
lagi ke rumah perempuan itu dengan membawa anaknya yang bernama Hasan. Ketika
tiba di pintu rumah perempuan tersebut dan hendak dipersilakan masuk, tiba-tiba
perempuan itu melihat ada anak bersama Siti Fatimah, lalu dia berkata,
"Ini siapa?". Putri Rasulullah menjawab, "Ini anak saya,
Hasan". Perempuan itu lantas berkata, "Saya minta maaf karena saya
belum meminta izin untuk anak ini masuk dari suami saya".
Siti Fatimah jadi serba salah lalu dia pun pulang kembali ke
rumahnya. Esoknya Siti Fatimah datang lagi ke rumah perempuan itu tapi kali ini
dia membawa kedua anaknya yaitu Hasan dan Husein. Perempuan ahli surga itu
terkejut melihat ada seorang anak lagi yang belum dimintakan izin dari suaminya
untuk masuk ke dalam rumah. Siti Fatimah tersipu malu lalu dia pulang lagi
dengan perasaan hampa.
Dalam perjalanan pulang, hatinya berkata-kata,
"Perempuan ini sangat takut kepada suaminya, sehingga hal yang begini pun
dia tak berani melakukannya. Pada hal jika dia membiarkan aku masuk, suaminya juga
tidak akan marah? Tidak peduli aku ini siapa dan dua anak ini cucu siapa, lihat
saja aku sebagai tamu dan orang jauh saja
"bisik hatinya sambil menangis terisak.
Setelah suami perempuan itu pulang, perempuan itu
memberitahu perihal anak yang satu lagi yang dibawa oleh Siti Fatimah. Suaminya
yang terkejut dan heran pun berkata, "Kenapa kau tahan sampai seperti itu
? Bukankah Siti Fatimah itu puteri Rasulullah SAW dan dua orang anaknya itu cucu
beliau. Lebih dari itu kamu harus tahu bahwa keamanan kita berdua kelak
bergantung pada keridhaan Rasulullah. Jangan kamu buat seperti itu lagi, jika
dia membawa siapapun, terimalah mereka dengan baik dan hormatilah mereka semua
".
Istrinya menyahut, "Baiklah, tapi maaflah saya karena
saya mengerti bahwa keamanan diri saya ini tergantung pada keridhaanmu, suamiku.
Jadi saya tak berani membuat hal yang akan membawa kemarahan atau menyakiti
hati mu ". "Terima Kasih" sahut suaminya.
Pada hari berikutnya, Siti Fatimah datang lagi dengan
membawa dua orang putranya. Setelah diterima dan dijamu dengan buah kurma dan
air, mereka pun memulai percakapan. Bersamaan dengan itu, perempuan itu
berjalan ke arah pintu rumahnya sambil memandang ke arah jalan seolah-olah sedang
menantikan kedatangan seseorang dengan tidakbegitu memperdulikan Siti Fatimah. Disamping itu Siti
Fatimah melihat di tangan perempuan itu ada sebatang tongkat dan sebuah wadah
berisi air dan tangan yang sebelah lagi menangkat ujung kain sehingga menampakkan
betis dan pahanya dan wajahnya penuh dengan senyuman yang manis.
Melihat kondisi demikian rupa dengan perasaan resah karena
tidak diperdulikan lalu Siti Fatimah bertanya, "Mengapa anda berbuat begini?"
Perempuan itu menyahut, "Tuan, harap maafkan saya karena saya sedang
menantikan kepulangan suami saya". "Buat apa dengan wadah air
itu?" Tanya Siti Fatimah. Jawab perempuan itu, "Seandainya suami saya
haus pada saat dia pulang, saya akan segera mengulurkan air ini kepadanya agar
tak terlambat. Jika terlambat nanti dia akan marah ".
Kemudian Siti Fatimah bertanya lagi, "Buat apa pula
tongkat itu?" Perempuan itu menjawab, "Jika suami saya marah, biar mudah
dia memukul saya dengan tongkat ini". Siti Fatimah bertanya lagi,
"Kenapa engkau angkat kainmu sehingga menampakkan aurat, bukankah itu
haram?" Maka perempuan itu berkata, "Jika dia menundukkan saya, lalu
dia pandang saya begini tentulah akan menambah syahwat dan nafsunya yang
memudahkan kepada maksudnya".
Begitu perempuan itu selesai menjawab segala pertanyaannya,
Siti Fatimah termenung dan heran lalu dia berkata, "Jika begini perilaku
dan perangainya terhadap suaminya, tidak dapatlah aku mengikutinya. Pantaslah
dia masuk surga dahulu dari aku dan wanita-wanita lain. Ternyata benar bahwa
keamanan seorang perempuan yang bersuami itu tergantung pada ketaatan dan
keridhaan suami terhadapnya ".
Sambil terisak menangis dan meneteskan air mata, Siti
Fatimah meminta izin untuk pulang dan dia segera menghadap ayahandanya
Rasulullah SAW lalu berkata, "Ananda merasa sangat sedih dan lemah seluruh
sendi karena tak dapat meniru dan melakukan sebagaimana apa yang dilakukan
perempuan yang ayahanda maksudkan itu ".
Setelah Rasulullah SAW mendengar rintihan putrinya lalu
beliau bersabda sambil tersenyum, "Ananda, janganlah susah hati, perempuan
yang ananda jumpa itu adalah perempuan yang akan memimpin dan memegang tali tunggangan
kamu tatkala masuk ke surga. Jadi dialah yang masuk terlebih dahulu ".
Setelah mendengar penjelasan itu, barulah Siti Fatimah tersenyum tertawa.
Dari kisah di atas, anda
dapat melihat bahwa ketaatan seorang istri kepada suaminya adalah sangat
penting dalam institusi rumah tangga. Jadi kepada semua wanita yang bergelar
isteri, ambillah hikmah dari cerita ini dan taat serta berbuat baiklah kepada
suami anda, niscaya anda akan diridhai oleh suami dan juga Allah. Pikirkanlah
sejenak, di mana posisi anda sekarang di sisi Allah karena keridhaan Allah
adalah keridhaan suami anda.
Seruan ulama di bawah ini perlu anda –suami, ayah, putri dan
istri- perhatikan juga:
Selangkah anak perempuan keluar dari rumah tanpa menutup
aurat, maka selangkah juga ayahnya itu hampir ke neraka. Selangkah seorang
istri keluar rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga suaminya itu hampir
ke neraka.
0 comments:
Post a Comment