Cantik dan manis. Itulah Mayda Safira yang memerankan Husna
dalam film “Ketika Cinta Bertasbih”. Karirnya bisa dibilang cukup bagus tahun.
Namun semua itu tidaklah instan. Manis dan getirnya setiap penggalan demi penggalan
kisah hidup, tak akan hilang dalam ingat an aktris muda ini. Meyda Safira.
Putri ketiga dari pasangan Ir H Irvin Murad dan Hj Annie Maryani telah melewati
fase dan masa sulit dalam hidupnya. Dia pernah bekerja paruh waktu sebagai
pelayan restoran di Bandung untuk menambah uang sakunya. Ia digaji sekitar Rp
29 ribu per jam. Tugasnya serabutan mulai mengepel lantai, pelayan, hingga
menjadi kasir.
Keputusan Meyda Safira untuk mengenakan jilbab dan menjadi
Muslimah sepenuhnya terjadi pada medio 2008 dan membawa banyak keberkahan. Kasih sayang
serta perlindungan Allah sangat dirasakan oleh mojang asal Kota Kembang,
Bandung, Jawa Barat. Hidayah untuk berjilbab justru membawanya pada keseimbangan
jiwa berikut terbukanya pintu rezeki dari berbagai penjuru.
Berkah dan Rezeki datang bertubi-tubi, berupa kematangan
jiwa ataupun materi. Keimanan Meyda pada Allah menebal seiring terbuktinya
janji-Nya untuk lebih mengasihi dan melindungi pemuda Muslim yang mau menjalankan
syariat agama. “Selama ini Allah menjaga pergaulan saya jauh dari godaan yang
banyak ditemui di dunia entertainment karena kerudung yang saya kenakan,”
ungkapnya. Dia bersyukur atas pilihannya memakai lambang kehormatan Muslimah
itu. Bagaimanapun jilbab menjadi tanda kehormatan Islam dan bentuk kasih sayang
serta perlindungan Allah pada perempuan.
“Agar orang lain lebih menghargai keberadaan perempuan,”
kata mahasiswi tingkat akhir di Institut Teknologi Nasional Bandung ini.
Muslimah yang telah mematuhi perintah agama diyakini Meyda tak bakal kehilangan
kesempatan untuk berprestasi. Gadis Bandung ini telah membuktikannya. Di masa
kecilnya, Meyda akrab dengan dunia modeling. Saat menginjak di bangku sekolah,
ia pernah didaulat sebagai model merek sepeda kenamaan dan dinobatkan menjadi
model perumahan terkenal di kawasan Surabaya, Jawa Timur. Dia juga menjadi
model freelance Skaters 2007.
Prestasinya, tak hanya mengandalkan paras yang ayu, anugerah
kecantikan itu juga didukung dengan intelektual yang mumpuni. Dara kelahiran 20
Mei 1988 pernah menyabet peringkat ke-2 untuk nilai ujian akhir nasional (UAN)
di sekolahnya. Di bangku kuliah, dia juga memperoleh predikat sebagai Mahasiswa
Berprestasi Institut Teknologi Nasional (Itenas) jurusan Teknik Lingkungan
tahun 2008.
Meyda juga dikenal aktif dalam himpunan mahasiswa dan paduan
suara. Segudang prestasi itu mengantarkannya lulus pada audisi “Ketika Cinta
Bertasbih” (KCB) pada 2008. Tangga karier keartisan itu terus ia daki de ngan
terlibat da lam film KCB 2, “Dalam Mihrab Cinta” serta sinetron KCB. Kerja
keras yang ia lakoni membuatnya layak menyandang gelar pemeran pembantu wanita
terbaik Festival Film Bandung 2011 dalam perannya di sinetron.
“Maka sebaiknya Muslimah tak menunda keinginan yang kuat
untuk berhijab karena justru setelah berhijab, Allah melimpahkan rezeki yang
lebih banyak,” papar Meyda. Berkat hijab pula, Meyda berusaha menjaga
perilakunya di depan publik. Restu untuk berkarier di Ibu Kota juga mengalir
dari kedua orang tuanya. Beliau berdua, sebutnya, memberi izin dan menyerahkan
penjagaan anaknya pada Allah. Meyda kian yakin hidayah dari Allah seharusnya
dicari dari pergaulan sehari-hari.
Lingkungan keluarga dan teman-teman menjadi kawah
candradimukanya. Tak segan, Meyda menggali ilmu dari berbagai kajian keislaman
di sekitar rumahnya serta forum-forum pemuda Islam. Di puncak kariernya itu,
masih tebersit di benaknya untuk mengamalkan ilmu yang ia peroleh. Keinginannya
cukup sederhana, meraih gelar master di bidang teknik lingkungan dan berprofesi
sebagai dosen. Semoga tercapai ya Mayda… (ROL)
0 comments:
Post a Comment